Karakteristik Sarang dan Pohon Sarang Orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Areal Hutan Restorasi dan Hutan Primer Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser
DOI:
https://doi.org/10.32678/tropicalbiosci.v2i2.7313Keywords:
Hutan primer, hutan restorasi, orangutan, pohon sarang, sarangAbstract
Kelangsungan hidup orangutan sangat bergantung dengan kondisi habitatnya. Sarang merupakan salah satu bukti yang paling akurat dalam menentukan keberadaan orangutan di suatu areal. Data mengenai karakteristik sarang dan pohon sarang orangutan sangat penting diketahui sebagai data awal konservasi orangutan, khususnya di areal restorasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis karakteristik sarang dan pohon sarang di hutan primer dan hutan restorasi Sei Betung. Sarang orangutan diamati selama enam bulan dengan menggunakan metode transek garis. Pada areal hutan primer digunakan enam transek, sedangkan di areal hutan restorasi digunakan lima transek dengan panjang transek masing-masing 1 km. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pohon sarang di areal hutan primer didominasi oleh Polyalthia sp. dari famili Annonaceae dengan posisi sarang yang mendominasi yaitu posisi dua. Sementara itu, pohon sarang di areal hutan restorasi didominasi oleh spesies Endospermum diadenum dari famili Euphorbiaceae dengan posisi sarang yang mendominasi yaitu posisi 3 dimana posisi sarang berada pada pucuk pohon.
Downloads
References
Alikodra, H.S. (2010). Teknik pengelolaan satwa liar. Bogor: IPB Press.
Ancrenaz, M., Calaque, R., Lackman-Ancrenaz, I. (2004). Orangutan nesting behavior in disturbed forest of Sabah, Malaysia: Implications for nest cencus. Int J Primatol 25: 983−1000.
Atmoko, S.U., Rifqi, M.A. (2012). Panduan survei sarang orangutan. Jakarta: Universitas Nasional.
Atmoko, S.U., Siregar, P.G., Susilo, H.D., Rifqi, M.A., Ermayanti. (2014). Konsep koridor orangutan. Bogor: Forum Orangutan Indonesia (FORINA).
[BBTNGL] Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser. (2010). Berwisata di Taman Nasional Gunung Leuser. Medan: BBTNGL.
Buij, R., Wich, S.A., Lubis, A.H., Sterck, E.H.M. (2002). Seasonal movements in the Sumatran orangutan (Pongo abelii) and consequences for conservation. Biol Conserv 107: 83−87.
Casteren, A.A., Sellers, W.I., Thorpe, S.K.S., Coward, S., Crompton, R.H., Ennos, R., (2012). Factors affecting the compliance and sway properties of tree branches used by the Sumatran orangutan (Pongo abelii). Plos One 8(7): e67877.
Delgado, R.A., van Schaik, C.P. (2000). The behavioural ecology and concervation of the orangutan (Pongo pygmaeus): A tale of two islands. Evol Anthrop 9: 201−218.
[Ditjen KSDAE] Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem. (2019). Srategi dan rencana aksi konservasi orangutan Indonesia 2009-2019. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
[Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. (2003). Submission for nomination of Tropical Rainforest Heritage of Sumatera. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Hadisiswoyo, P., Masrizal, S., Ardi, R., Azhari, A., Daley, P., Wagiman. (2014). Panduan lapangan restorasi hutan tropis Indonesia. Medan: Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) dan Tropical Forest Conservation Action (TFCA).
Indriyanto. (2007). Ekologi hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Johnson, A.E., Knott, C., Pamungkas, D., Pasaribu, M., Marshall, A.J. (2004). A survey of orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii) population in and around Gunung Palung National Park West Kalimantan Indonesia based on nest count. Biol Conserv 121: 495−507.
Mardiana, M., Rahmi, E., Andini, R. (2020). Karakteristik sarang orangutan Sumatera (Pongo abelii) di stasiun penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pertanian 5(3): 50−59.
Morrogh-Bernard, H.C., Husson, S.J., Knott, C.D., Wich, S.A., van Schaik, C.P., van Noordwijk, M.A., Ancrenaz, I., Marshall, A.J., Kanamori, T., Kuze, N., Sakong, R. (2002). Orangutan activity budgets and diet. In: Wich, S.A., Atmoko, S.U., Setia, T.M., van Schaik, C.P., editor. Orangutans: Geographic Variation in Behavioral Ecology and Conservation. New York: Oxford University Press.
Nayasilana, I.N. (2012). Ekologi orangutan Sumatera (Pongo abelii Lesson 1827) pada hutan primer dan hutan bekas tebangan di stasiun penelitian Ketambe Taman Nasional Gunung Leuser. [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.
Ogawa, H., Yoda, K., Ogino, K., Kira, T., (1965). Comparative ecological studies on three main type of forest vegetation in Thailand II. Plant Biomass. Natural and Life in Southeast Asia 4: 49−80.
Prasetyo, D. (2006). Intelegensi orangutan berdasarkan teknik dan budidaya perilaku membuat sarang. [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia.
Prasetyo, D., Ancrenaz, M., Morrogh- Bernard, H., Atmoko, S.U., Wich, S.A., van Schaik, C.P. (2009). Nest building in orangutans. In: Wich, S.A., Atmoko, S.U., Setia, T.M., van Schaik, C.P., editor. Orangutans: Geographic Variation in Behavioral Ecology and Conservation. New York: Oxford University Press.
Prasetyo, D., Atmoko, S.U., Suprijatna, J. (2012). Nest structure in Bornean orangutan. J Biol Indones 8: 217−227.
Rifai, M., Pratana, P., Yunasfi, Y. (2013). Analisis karakteristik pohon dan sarang orangutan Sumatera (Pongo abelii) di Bukit Lawang Kabupaten Langkat. Paronema Forestry Science 2(2): 130−136.
Rijksen, H.D. (1978). A field study of Sumatran orangutans (Pongo pygmaeus abelii Lesson 1827). [Disertasi]. Wageningen: Veenman and Zonen BV.
Van Schaik, C.P., Azwar, Priatna, A. (1995). Population estimates and habitat preferences of orangutans based on line transects of nests. In: Nadler, R.D., Galdikas, B.M.F., Sheeran, L.K., Rosen, N., editor. The Neglected Ape. New York: Plenum Press.
Wich, S.A., Boyko, R.H. (2011). Which factors determine orangutan nests detection probability along transects? Trop Conserv Sci 4: 53−63.