MENGGEMPUR TASAWUF HETERODOKS
AHMAD SIRHINDI DAN IBN TAYMIYYAH TENTANG WAHDAT AL-WUJUD
DOI:
https://doi.org/10.32678/alqalam.v23i2.1492Keywords:
Wahdat al-wujud, wahdat al-suhud, ta 'ayyun, hadlrat kams, ahadiyyah, al-wujud al-muthlaq, al-wujud al-muqayyad, alfarq ba 'd al-jam', tawhid suhudi, tawhid wujudiAbstract
Ajaran wahdat al-wujud (yang dibawa oleh Ibn 'Arabi) membawa konsekwensi bahwa subyek dari semua predikat adalah Tuhan, bahkan sekalipun subyek itu nyata-nyata berbeda, manusia atau non-manusia. Tuhan adalah imanen sekaligus transenden. Sekalipun demikian, doktrin tersebut terus mendominasi spekulasi sufi selama empat ratus tahun sehingga Ahmad Sirhindi menjadikan konsep-konsep dasar serta konsekuensi moral dan keagamaannya sebagai sasaran kritik tajam, dan memunculkan teosofi yang sejajar, yakni, yang dikenal dengan Wahdat al-suhud.
Sirhindi melihat bahwa keyakinan akan Wujud Tunggal tidaklah obyektif. Ia adalah sebuah fenomena subyektif Bukti kesubyektifannya terletak pada munculnya ide itu sendiri. Sirhindi bersikap kritis terhadap aspek-aspek tertentu dari ajaran Ibn 'Arabi, tetapi kritik tersebut tidak menghalanginya untuk mengapresiasi kontribusi Ibn 'Arabi terhadap tasawuf secara keseluruhan.
Berbagai ''gempuran" yang dilancarkan terhadap Wahdatul Wujud - corak tasawuf yang oleh sebagian ulama dianggap heterodoks - tidak lain adalah upaya purifikasi tasawuf yang ontologis-filosofis menuju kepada tasawuf yang lebih sufistik dan yang tidak mengabaikan syariat.












