Tradisi Sunat Perempuan di Banten dan Implikasinya terhadap Gender, Seksualitas, dan Kesehatan Reproduksi
DOI:
https://doi.org/10.32678/tsaqofah.v15i2.3381Keywords:
sunat perempuan, Banten, gender, seksualitas, kesehatan reproduksiAbstract
Telah terjadi kontroversi sekaligus pro dan kontra di kalangan masyarakat Indonesia terkait dengan sunat perempuan. Sebagian besar masyarakat Banten setuju dan mendukung sunat perempuan. Sunat perempuan dianggap sebagai perintah agama Islam dan sebagai upaya melestarikan tradisi leluhur. Meskipun mereka tidak mewajibkan sunat pada perempuan, tetapi sunat perempuan sangat dianjurkan untuk dilakukan. Mereka percaya sunat perempuan sebagai ritual pemurnian dan memberikan manfaat bagi perempuan baik dari aspek kesehatan, seksual maupun agama. Praktek sunat perempuan di Banten dilakukan oleh dukun dan bidan. Di Banten sunat perempuan dilakukan dengan melakukan sedikit pelukaan pada klitoris. Meskipun sunat perempuan yang dilakukan di Banten tidak sama dengan di Afrika, namun tetap saja sunat perempuan merupakan tindakan beresiko bagi kesehatan reproduksi perempuan dan berpotensi melestarikan bias gender. Sunat perempuan tetap saja menjadi alat kontrol seksual bagi perempuan yang berpengaruh pada seksualitas perempuan dan kesehatan reproduksi perempuan