Sejarah Dan Perkembangan Shalawat Wahidiyah Di Pandeglang Tahun 1981-2015
DOI:
https://doi.org/10.32678/tsaqofah.v15i1.3377Keywords:
sejatah dan perkembangan, shalawat wahidiyah, pandeglangAbstract
Dalam agama Islam terdapat banyak macam-macam shalawat, namun secara garis besar shalawat kepada Nabi dapat digolongkan menjadi dua yaitu Maktsurah (shalawat yang redaksinya dari Rasulullah SAW) dan Ghairu Maktsurah (shalawat yang disusun oleh sahabat, tabi’in, auliya’, ulama, dan umumnya orang Islam). Shalawat Wahidiyah disusun oleh KH. Abdoel Madjid Ma’roef yang diperkenelakan tahun 1963 di Kedunglo, Ds. Bandar Lor, Kota Kediri, Jawa Timur. Kemudian dibawa ke Pandeglang pada tahun 1981 oleh KH. Sukata Sirojudin. Tujuannya untuk menjernihkan hati, menenangkan batin dan menentramkan jiwa, serta meningkatkan daya ingat sadar kepada Allah SWT. Sejarah munculnya Shalawat Wahidiyah di
Pandeglang dibawa oleh KH. Sukanta Sirojudin, setelah pulang dari Pondok
Pesantren Wahidiyah di Kota Kediri tahun 1980 dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Barokah di Cikeusik pada tahun 1981. Perkembangan Shalawat Wahidiyah di Pandeglang pada awalnya memiliki respon yang kurang baik dari masyarakat. Akan tetapi, pada akhirnya dapat diterima oleh masyarakat sampai memiliki jama’ah yang banyak. Shalawat Wahidiyah merupakan sebuah amalan yang diperbolehkan untuk siapa saja, baik lakilaki maupun perempuan yang langsung di ijazahkan oleh penyusunnya tanpa melakuakan bai’at atau janji. Pokok ajaran Wahidiyah yakni Lillah-Billah,
Lirrasul-Birrasul, Lilghauts-Bilghauts, Yu’ti Kulla Dzi Haqqin Haqqah, dan Taqdim Al-Aham Fa Al-Aham Tsuma Al-Anfa Fa Al-Anfa. Kegiatan khusus yang dilakukan oleh para pengamal Wahidiyah Kab. Pandeglang, yaitu Yaumiyyah (harian), Usbu’iyah (mingguan), Syahriyyah (bulanan) dan Rubu’ As-Sanah (tiga bulan).
Kata Kunci: Sejarah Dan Perkembangan, Shalawat Wahidiyah, Pandeglang



