Intoxication and Sobriety in Sufi Tradition

Authors

  • Ade Fakih Kurniawan UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

DOI:

https://doi.org/10.32678/alfath.v3i1.3295

Keywords:

Tasawuf

Abstract

Masalah ketuhanan selalu menjadi tema perdebatan tiada akhir. Masing-masing membicarakan-Nya dengan perspektifnya sendiri. Ahli Kalam memandang Allah melalui tanzih-Nya, Allah yang tak pernah terjangkau oleh siapapun dan apapun. Sedangkan para sufi memandang Allah selalu dekat dan bisa “dijangkau” oleh manusia.

Meskipun para sufi menyatakan “keterjangkauan” Allah, namun mereka mengekspresikannya secara berbeda. Sebagian sufi memandang Allah bisa dijangkau dengan tetap menjaga keterbatasan dan pembedaan antara manusia dengan Tuhannya melalui jalur penghambaan, Sang Khalik dan makhluk, Yang Hakiki dan yang nisbi. Sedangkan sufi lainnya ada yangmenegaskan bahwa Allah omnipresen, imanen, dan dapat menyatu dengan manusia (hulul), atau manusia dapat menyatu dengan Tuhan (ittihad), atau dalam pemikiran imaginal Tuhan dapat dipandang imanen dan hadir dalam segala sesuatu (wahdatul wujud). Karena itu, untuk menerangkan kondisi psikologis tersebut, biasanya para ahli tasawuf menganalisisnya melalui dua kondisi (ahwal) yang dialami para pencari Tuhan (salik), yakni kondisi mabuk (sukr) dan sadar (sahw).

Downloads

Download data is not yet available.

Author Biography

Ade Fakih Kurniawan, UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Downloads

Published

2009-03-31

How to Cite

Kurniawan, A. F. (2009). Intoxication and Sobriety in Sufi Tradition. Al-Fath, 3(1), 53–61. https://doi.org/10.32678/alfath.v3i1.3295

Issue

Section

Articles