KEMANDIRIAN PESANTREN DAN PERUBAHAN AKHLAK SOSIAL: Peranan Pesantren Darussalam Pipitan Banten di Era KH. Ali (1917) Sampai KH. Sanggiti (2014)
Keywords:
Perubahan sosial, tradisi, dan pondok pesantren.Abstract
Kemandirian pesantren dan Perubahan akhlak sosial yang terjadi dalam masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan akhlak budaya setempat. Adapun kehadiran pesantren di tengah-tengah masyarakat ikut memberikan macam-macam corak dalam masyarakat sekitarnya. Laju perubahan menyentuh segala aspek masyarakat tidak terkecuali pesantren Darussalam Pipitan telah menuntutnya untuk memberikan kontribusi terbaik bagi masyarakat sekitarnya. Berdasarkan kenyataan yang terdapat di lapangan maka penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimana peranan kiyai dan kiprahnya di masyarakat dan apa eksistensi peranan pesantren Darussalam Pipitan terhadap akhlak sosial masyarakat. Untuk mencapai hasil yang dimaksud, maka penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan eksploratif, yaitu dengan mendeskripsikan atau menggambarkan realitas sosial yang kompleks dan juga hal-hal yang terjadi pada keberadaan tradisi pesantren Darussalam Pipitan di tengah perubahan sosial. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi dan menggunakan metode kualitatif-analitis.
Hasil penelitian menunjukkan, peranan kiyai melalui pesantren Darussalam Pipitan berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama, yaitu sepanjang kepemimpinan awal yang dipegang KH. Ali. Dalam masa kepemimpinan KH. Ali, pondok pesantren Darussalam Pipitan mampu memberikan pencerahan ilmu agama untuk masyarakat daerah Walantaka dan di luar daerah Walantaka. Kemudian diteruskan oleh KH. Suchari Ali yang merupakan pemimpin masyarakat dan pejuang dalam melawan penjajah. Demikian juga Kiyai Mujtaba Ali memberikan sosok yang santun dalam hidup bermasyarakat. Pada masa kepemimpinan KH. Sanggiti Suchari, memadukan antara kajian salafi dan kajian-kajian kontemporer. Kehadiran kiyai, kiprah dan eksisensinya telah mengubah masyarakat Walantaka dari kondisi masyarakat yang relatif awam masalah agama menjadi masyarakat santri yang agamis, sedangkan bagi daerah lain terlihat dari banyaknya para santri yang berasal dari daerah-daerah lain untuk mempelajari kajian-kajian agama (salafi dan kontemporer)di pondok pesantren Darussalam.
Pada dasarnya tantangan Pesantren Darussalam Pipititan dalam menghadapi masyarakat sekitarnya untuk saat ini, masyarakat masih condong pada hal-hal yang bersifat materialistik dan sebagian masyarakat masih berpegang pada adat tradisi nenek moyang. Penelitian ini menunjukkan bahwa untuk menjembatani kedua hal tersebut Pesantren Darussalam Pipitan menerapkan prinsip washatiyah dengan melestarikan tradisi lama yang baik dan mengambil hal baru yang lebih baik. Berdasarkan prinsip ini Pesantren Darussalam Pipitan melakukan pengkombinasian antara tuntutan perubahan dan tradisi dengan pengkolaborasian pada sikap yang adaptif dan akomodatif dengan mempertimbangkannya pada nilai-nilai syari’ah.
Downloads
References
Abdurrahman Wahid, “Asal Usul Keilmuan Pesantren” dalam Jurnal Pesantren. No. Perdana Oktober-Desember 1984).
Ahmad Syafi’ie Noor, Orientasi Pengembangan Pendidikan Pesantren Tradisional. Jakarta: Prenada, 2009, cet. I.
Alford L.P. dan Beatty Russel H, Principles in Industrial Management.New York: The Ronald Press Company, tt.
Anonimous, MPP Ponpes Darussalam. Walantaka-Serang-Banten: Yayasan Darussalam Pipitan, TP. 2002/2003.
Dinamika Umat, Edisi 52/VI/Maret 2007, ISSN: 1978-0001.
Fadlil Munawwar Mansur dalam judul Kekayaan Budaya Pesantren, Jurnal Humaniora.Volume XVI, No. 2/2004.
International Journal of Pesantren Studies. Volume 2, Number 2, 2008, ISSN: 1978-8134.
Machdum Bahtiar, Koran Kabar Banten. Edisi Jum’at 6 Agustus 2010.
Marwan Saridjo et. al., Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia. Jakarta: Dharma Bhakti, 1982.
Martin van Bruinessen, “`Traditionalist’ and ‘Islamist’ Pesantren in Contemporary Indonesia” Tulisan pada workshop tentang Madrasah di Asia, ISIM, 23-24 Mei 2004.
M. Dawam Raharjo (edit), Keluar dari Kemelut Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Intermasa, 1997.
Mochtar Effendi, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam. Palembang: Al-Mukhtar, tt.
Muslih Musa, Pendidikan Islam di Indonesia. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1991.
Ruby Ach. Baedhawy, et.al., Profil Pesantren Salafi Banten. Serang: Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Banten, 2008, cet. II.
Septy Gumiandari, Transformasi Pesan Santri Vis-à-visHegemoni Modernitas dalam Pesantren Masa Depan. Bandung: Pustaka Hidayah, cet. I, 1999.
Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. Jakarta: LP3ES, 1999, cet. I.
suwarsono dan Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES, 2006, cet. IV.
Swara Cendekia, Buletin Forkoma UI Asal Banten, tt.
Warta Siswa, edisi pertama Agustus 1995.
Zamakhsyari Dhafier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1982.
http://www.perkuliahan.com/tulisan-pondok-pesantren-dan-masyarakat/.
http://jurnal-humaniora.ugm.ac.id/karyadetail.php?id=127.
http://blog.sunan-ampel.ac.id/abdala/2010/10/07/132/.
Sumber Wawancara :
Burhanuddin, SE.,M.Si (Pengurs Yayasan Darussalam Pipitan)
KH. Sanggiti Suchari, MA (Pengurs Yayasan Darussalam Pipitan)
Ustadz Sodiqin (Pembina santriDarussalam Pipitan)
Nurul Arifin (santri putra)
Ustadz Muhammad Ridho (Pembina Santri Darussalam Pipitan)
Drs. H. Rodani, MSI (Tokoh masyarakat/pengurus MUI Provinsi Banten)
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Badrudin
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.