PASANGAN CALON TUNGGAL DAN MENGUATNYA PRAKTIK DINASTI POLITIK DALAM PILKADA DI INDONESIA KONTEMPORER
DOI:
https://doi.org/10.37035/alqisthas.v14i1.8256Keywords:
Paslon Tunggal, Dinasti kekuasaan, Pilkada di Indonesia, Demokrasi di Indonesia.Abstract
Studi ini bertujuan melakukan analisa mendalam fenomena meningkatnya jumlah pasangan calon tunggal pada gelaran Pilkada di Indonesia serta dampak negatifnya terhadap menguatnya praktik monopoli kekuasaan di tingkat daerah. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Kajian ini mendapati dua temuan utama, pertama, bahwasanya tingginya angka paslon tunggal dalam gelaran Pilkada di Indonesia dipicu oleh banyak faktor, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, faktor struktural dan kultural. Pada faktor struktural, meningkatnya angka paslon tunggal dipicu oleh diterapkannya aturan ambang batas syarat pencalonan kepala daerah serta belum maksimalnya lembaga partai politik menjalankan fungsinya, terkhusus dalam melakukan rekrutmen politik. Adapun secara kultural, tren meningkatnya calon tunggal Pilkada disebabkan oleh semakin menguatnya budaya pragmatisme, baik di lingkaran elit maupun partai politik, sehingga menimbulkan krisis kepercayaan dari kalangan masyarakat. Kedua, pada batasan tertentu, besarnya jumlah calon tunggal Pilkada membuat sistem pemilihan menjadi tidak stabil, karena pada praktiknya meniadakan asas partisipasi, kompetisi, dan partisipasi, yang selama ini menjadi pinsip esensial penyelenggaraan pemilihan umum yang demokratis. Oleh sebab karenanya, selain berpotensi besar mengancam bangunan demokrasi di Indonesia, juga secara langsung dapat menyebabkan sistem monopoli kekuasaan semakin kokoh, sehingga pada akhirnya mempersubur praktik dinasti politik di tingkat daerah.
Downloads
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Abd Hannan hannan

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.



